Idealnya Pendamping itu…..

Hei, girls. Sebuah pernikahan adalah hal serius yang harus ditentukan dengan cermat, siapa pendamping kita?. Tak sedikit pasangan yang berhenti ditengah jalan lalu bercerai, karna menemukan kebosanan, jenuh, tak se-visi dan masih banyak lagi. Cari lah orang yang bisa membuatmu … Baca lebih lanjut

Perancangan Jalan dan Jembatan, Politeknik Negeri Sriwijaya

PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

Halo, kali ini saya akan menuliskan deskripsi saya mengenai program studi yang sedang saya tempuh, sekarang saya semester 6 di PJJ Polsri. PJJ sendiri adalah program studi D-IV tertua di Politeknik Negeri Sriwijaya, sudah ada PJJ Lanjutan dan kelas kerjasama PU pada tahun-tahun sebelumnya. Lalu Polsri membuka Prodi D-IV PJJ untuk Umum, dalam artian benar-benar calon mahasiswa yang baru lulus dari SMA bisa menempuh D-IV ini. Jadi jika ditinjau dari pembukaan prodi ini sebagai prodi tanpa lanjutan dan kelas kerjasama, menjadikan PJJ sebagai D-IV kedua yang dibuka oleh polsri setelah tahun sebelumnya dibuka D-IV Teknik Energi dibawah naungan jurusan Teknik Kimia.

225030_10150176684747512_330627_n
Perancangan Jalan dan Jembatan sendiri dibuka pada tahun 2010, Polsri terhitung pada tahun 2013 sudah memiliki D-IV sebagai berikut:
1. Teknik Energi —- Teknik Kimia
2. Perancangan Jalan dan Jembatan—- Teknik Sipil
3. Akuntansi sektor Publik—- Akuntansi
4. Bisnis Pariwisata—- Administrasi Bisnis
5. Teknik Elektronika—- Teknik Elektro
6. Teknik Telekomunikasi—- Teknik Elektro

Sedangkan di Politeknik Negeri Sriwijaya sendiri memiliki 9 jurusan, yaitu :
1. Teknik Sipil
2. Teknik Mesin
3. Teknik Elektro
4. Teknik Kimia
5. Teknik Komputer
6. Akuntansi
7. Administrasi Bisnis
8. Manajemen Informatika
9. Bahasa Inggris

Urutan jurusan 1-5 di Polsri tegolong Jurusan Rekayasa, Urutan 6-9 tergolong Jurusan Non-Rekayasa. Di Politeknik Negeri Sriwijaya juga terdapat Reguler dan Non-Reguler, Reguler adalah untuk Mahasiswa yang dapat kelas Pagi, Non-Reguler untuk Mahasiswa yang dapat Kelas siang. Bedanya apa? Karena di Polsri, SKS kita ditentukan oleh pihak lembaga ( kampus ) sehingga kita kuliah tepat 4 tahun untuk D4, dan tepat 3 tahun untuk D3 (diluar kendala Stop Out, dsb).

Biasanya Mahasiswa yang lolos jalur PMDK dan Beasiswa di Kelas Pagi, bersama dengan mahasiswa yang urutan peringkat ketika test masuk diatas 15 besar (sesuai kuota masing-masing jurusan) . Dan urutan 24 lainnya ditempatkan di kelas Siang. Reguler sendiri, berkuliah dari jam 07.00-12.30, sedangkan Non-Reguler jam 12.45-18.00.

Di PJJ belajar apa aja?

Teknik Sipil D-III memiliki konsentrasi yang dibagi ketika sudah semester 3 sesuai hasil nilai yaitu Bangunan Air, Transportasi, dan Gedung. Konsentrasi Transportasi hampir menyerupai Perancangan Jalan dan Jembatan. Namun, standarisasi dan mata kuliah yang diberikan ke PJJ tentu lebih spesifik dan mendetail.

Di tahun pertama (semester 1 dan 2) disebut dengan masa matrikulasi yaitu kita diberi mata kuliah yang sebagian besar adalah kemampuan dasar dibidang teknik sipil dan sudah kita pelajari dimasa sekolah. Seperti Matematika Terapan, Gambar Teknik, Bahasa Inggris, Mekanika Rekayasa 1-2, dll.

Selama kita punya basic yang lumayan bagus dibidang hitung menghitung tidak akan susah menyesuaikan diri, saya sendiri dari Madrasah Aliyah kok, yang penting Niat, harus tekun, apalagi menghadapi Gambar Teknik manual, banyak teman sekelas saya yang lulusan STM bahkan sudah menguasai gambar teknik. Ingat! Jangan pesimis diawal, kalau tertarik di PJJ ya dicoba dulu, jalani dulu, kita tidak akan benar-benar tau jika tidak mencoba, bukan?

Prospek Kerja?
Oke, saya memang belum lulus nih, masih semester 6. Tapi saya sedikit mencoba memberikan pemahaman saya tentang ‘Kemungkinan’. Kenapa kita harus berebut mengejar Kedokteran, Hubungan Internasional, dan jurusan-jurusan bergengsi lain? Prestisius? NO… bukan tentang itu, ini tentang kejelihan dan niat sebenarnya kita hidup untuk apa sih? Saya akan sedikit berbagi cerita kenapa saya bisa ada dan jatuh cinta sekali dengan PJJ.

Saya hanya siswi Madrasah Aliyah, basic saya sekolah agama, tapi memang sejak MA saya lebih tertarik pada mata pelajaran Hitungan. Ketika mendekati kelulusan, saya lulus dibeberapa jurusan Prestis, lalu saya takar ulang. Dokter, biar bisa bermanfaat bagi orang banyak? Tapi sudah banyak lulusan kedokteran dan akan bertambah banyak, persaingan akan amat sengit setelah lulus, kuliah yang lama, biaya yang tak sedikit.

Kelas Kerjasama dengan sebuah perusahaan BUMN, saya berfikir bahwa saya memang suka fisika, tapi tidak dengan biaya yang diminta BUMN tersebut, dan pasca lulus saya harus siap ditempatkan di provinsi mana saja, dan saya akan stuck pada level pegawai itu-itu saja, saya akan susah bergerak maju, karena terikat. PJJ lah yang memberikan cahaya terangnya, saya tidak tau apa itu Teknik Sipil yang pasti ketika simulasi snmptn saya Cuma melihat dipapan Teknik Sipil ada dikolom pertama. Tapi, PJJ itu prodi baru, dan prodi yang dibutuhkan di Indonesia, bayangkan saja Indonesia sebagai negara berkembang ini, akan terus membangun, akan terus bertumbuh, akan banyak Jalan yang dibutuhkan, Jembatan, dan selama kita merancangnya dengan baik, maka ketika banyak orang melewati jalan yang kita rancang pahala akan terus mengalir bukan? Asal niatnya merancang benar-benar demi orang banyak.

Simple nya gini kalo milih jurusan, Ibaratnya lulusan-lulusan SMA sedang berada diruangan berbentuk lingkaran, dan dikelilingi oleh pintu-pintu kesuksesan yang beraneka ragam, yang merupakan simbol dari jurusan-jurusan Perguruan Tinggi. Akan banyak yang antri untuk masuk ke Pintu FK, atau HI, atau Akuntansi, akan berdesak-desakan disana, sedang hasilnya sama saja. Lalu ada Pintu PJJ yang punya prospek cerah yang sedikit orang tau, yang antri juga sedikit, anda coba masuk, pasti akan mudah mencapai dan membuka pintu tersebut kan? Begitulah.. jika kita sudah berhasil masuk dari berbagai penduru tersebut kita akan sama-sama kembali masuk keruangan baru demi kesuksesan, jika mereka yang masuk dijurusan yang sudah banyak lulusannya akan susah mendapatkan kerja, sedang kita yang limited edition bahkan ditunggu untuk direkrut loh.. hihihi

Masuk dalam dunia Teknik Sipil adalah hal yang mempunyai prospek cerah, meski kita PJJ, kita belajar bangunan lain, seperti gedung, irigasi, dsb karena berhubungan langsung dengan perencanaan, bahkan wawasan lingkungan pun kita pelajari di PJJ. Kita bisa kerja di Bank, bagian KPR. Bisa kerja di Kontraktor, Konsultan, perusahaan BUMN seperti PU, wiraswata, Perusahaan Swasta, PNS, dan masih banyak lagi.

Oh iya, jangan takut bagi para perempuan untuk mencoba di prodi PJJ. Memang, populasi perempuan sangat sedikit, namun tidak ada yang membedakan kok, asal mau belajar dengan sungguh-sungguh saja.

Kelebihan PJJ?

Kita unggul di Praktek, ciri khas Politeknik memang begitu, kita unggul di Vokasi, 60 % kita praktek. Kita akan ada beberapa mata kuliah di Laboratorium, lalu praktek di Bengkel Sipil seperti Bengkel Kerja Batu, Kerja Baja, Kerja Kayu, dsb. Kita akan benar-benar menguji Kualitas Tanah, Agregat, dsb. Tenang, di Politeknik Negeri Sriwijaya, alat-alat teknik sipil sungguh lengkap, bahkan banyak yang mengewa alat dan tenaga kerja untuk mengerjakan proyek mereka. Mahasiswa Perguruan Tinggi lain bahkan sering menumpang pada Laboratorium Polsri. Proyek-Proyek besar meminta bantuan pengujian pada pihak Teknik Sipil Polsri, dan masih banyak lagi. So, masih ragu memilih PJJ? Saran saya bagi yang muslim, sholat dan tanya sama Allah aja :p

Kita akan diwisuda dengan gelar S.ST. (Sarjana Sains Terapan)
Sekian penjelasan singkatnya, saya menerima pertanyaan kok, saya senang jika banyak yang mulai melirik betapa kerennya PJJ itu, hubungi di sosial media saya yang sudah tercantum di blog ini ya. Atau buka website polsri.ac.id

Selamat menentukan pilihan!

Surat Untuk Mantan…

Teruntuk Kamu….

Seseorang dari masa lalu, yang pernah bersamaku melalui berbagai jenis petualangan rasa

 box-girl-letters-mail-photography-Favim.com-358866

Ternyata, selama waktu yang aku lewati setelah kita berpisah, aku belum bisa memulihkan semua perasaan yang ada dihatiku termasuk untuk memulai mencintai. Aku mungkin terlalu takut untuk mencoba lagi, aku takut gagal lagi. Aku masih ingat jelas, dulu kita begitu mudah untuk tertawa lepas bersama namun beberapa menit kemudian kita juga dengan mudahnya membenci tingkah satu sama lain.

Mendengar namamu mereka sebut masih membuatku merasa ada yang salah saja… aku mungkin memang sudah bergerak maju meninggalkanmu, namun kenangan kita masih terseok-seok aku bawa. Aku menyimpan kado ulang tahunmu, yang belum sempat aku berikan, yang susah payah aku kerjakan, namun kita terlanjur pisah. Apa harus aku buang saja ya?

Aku terlanjur menyesal, aku menyesal, kenapa dulu kita tidak bisa membohongi perasaan saja, mungkin kita akan tetap menjadi sahabat yang berkumpul dalam satu lingkungan yang sama, jadi tak usah susah-susah lari. Lari dari kenyataan, jika kita punya rahasia yang harus kita tutupi dari mereka semua.

Playlist lagu-lagu favorit kita belum bisa aku hapus dari laptop, dan handphoneku. Aku jadikan sebagai mesin waktu, tinggal ku putar, lalu imajiku melayang menemuimu, dalam khayalan kenangan indah masa lalu.

Bedanya, dulu aku mengucap namamu bisa dengan mudah, dan hatiku didominasi rasa bahagia. Kini aku mengucap namamu pasti penuh keragu-raguan, jika tidak terpaksa maka tak akan aku sebut. Bagiku, kamu sudah sejenis kegagalan manis.

Maaf, aku belum bisa kembali bersama-sama, mengunjungi mereka sahabat kita, bersama berbincang mengenai rutinitas kuliah. Maaf.

Aku dulu yakinnya, mencintaimu adalah bagian indah dimana persahatan bisa membawa rasa nyaman sebagai pasangan mengarungi kehidupan, namun nyatanya tak sampai waktu lama. Aku menyadari, kita lebih serasi seperti dulu, sebagai sahabat, bukan kekasih.

Terima Kasih, sudah sempat menghabiskan beberapa fase penting hidup bersamaku, baik ketika kita sebagai sahabat ataupun kekasih. Terima Kasih.

Aku kalah ya? Aku kalah mengaku masih cinta. Bukankah dulu kamu memposisikan hubungan kita layaknya pertandingan. Masih ingat aku, itu alasan kita berpisah, kamu belum benar-benar bisa mengimbangi aku yang serius. Saat itu, aku terlihat egois sekali. Kamu terlihat tersiksa sekali.

Surat untukmu, mantan sahabat terbaikku, mantan kekasihku.

Aku memang belum bisa menyapamu seperti dulu, yang dulu aku bisa dengan mudah merusak sisiran rambutmu, menarik-narik jaket club bola favoritmu, aku belum bisa seperti dulu lagi.

Ku dengar, kamu kembali pada seseorang dari masa lalu mu, dia yang dulu sering kamu ceritakan, orang yang sama, yang sering jadi bahan kita ribut-ribut kecil. Ada juga yang berkabar, jika kamu dengan adik tingkat mu sekarang. Sedang aku masih sendiri, aku belum cukup siap untuk membalas pesan “Halo juga” atau “lagi makan..” pada nomor handphone yang mengirimiku pesan-pesan itu. Bukan, bukan karna aku terlalu terobsesi akan masa lalu, kamu.. bukan..

Aku hanya mencoba menata lagi ruang kosong dihatiku yang kamu tinggal pergi. Aku mencoba menghapus kenangan kita yang melingkarinya. Aku sedang mencoba mencari seseorang yang bisa nyaman menetap disana, dihatiku,bukan seseorang yang bisa menetap hanya untuk waktu yang lama, namun seseorang yang bisa menetap disana untuk selamanya.

Aku rindu padamu? Iya, aku rindu

Namun, rindu sebatas rindu. Semoga kita bisa bercengkrama selayaknya kita dulu, kembali seperti dulu sebagai sahabat. Ya, aku rindu itu.

Hanya kamu satu, aku bisa merasakan beberapa jenis perasaan. Nyaman, Bahagia, Jengkel, Rindu, Sakit Hati, dan masih banyak lagi. Terima Kasih, kamu pembelajaran hidup yang bermakna.

Selamat Berbahagia ya…

Surat untuk mantan.

diikutkan dalam lomba nya mas Bernard Batubara #SuratUntukRuth